Siluet pagi
diufuk timur tersirat indah bergaris awan putih suara kotekan induk ayam
memanggil anaknya tanda sayang tatkala sang majikan memberi pakan nasi sisa
kemarin. Kesibukan mulai tampak diantara penduduk RW 11 Desa Tanjungjaya yang
terletak paling ujung se-kecamatan Cihampelas. Bergema terdengar suara ibu Cucu
dari pengeras suara masjid memberitahu akan adanya penimbangan balita/posyandu,
ya..... ibu Cucu adalah kader paling lama di Desa kami beliau aktif memberikan
ilmu dan tenaganya untuk masyarakat, tapi bukan sosok ini yang ingin ditulis
karena masih banyak sosok mulia seperti beliau diluar sana yang mengabdikan
diri di posyandu.
Keramaian
mulai tampak digedung posyandu ketika denting jam menunjukkan pukul 08.00 pagi,
kader posyandu sibuk membenahi keperluan acara, bidan desa telah siap
memberikan pelayanan sedangkan ibu balita, ibu hamil dan lansia telah bersiap
diantrian menunggu panggilan urutan. Kebiasaan posyandu kami setelah ditimbang
peserta posyandu diberi nomor antrian yang telah ditulis nama, berat badan, untuk
ditukarkan dengan PMT dan giliran pelayanan pemeriksaan dari bidan Desa.
Tapi tidak
untuk ibu Enung dan anak laki-lakinya yang bernama Bayu. Adanya posyandu justru
membuat hatinya miris, nyeri, kenapa, ..........???? suaminya yang bernama Ase
tidak pernah mengizinkan keempat anak-anaknya termasuk si bungsu Bayu untuk
dibawa ke posyandu. “Percuma” katanya tidak akan memberikan hasil apapun, yang
ada anaknya malah jatuh sakit dan membuat hatinya cemas. Setiap kali posyandu,
setiap kali itu juga Enung meminta izin kepada suaminya untuk pergi ke Posyandu
sekedar menimbang berat badan anaknya, dan setiap kali itu juga Ase suaminya
melarang bahkan diam dirumah tidak melakukan pekerjaan apapun hanya untuk memastikan
istrinya tetap dirumah. Semakin keras Enung meminta izin semakin keras juga dia
melarang bahkan tidak segan melayangkan pukulan.
Suatu saat
tubuh Bayu mengalami panas demam yang sangat tinggi disertai diare ketika itu
posyandupun sedang berlangsung, tapi Ase tidak ingin membawa Bayu ke posyandu.
Tiba-tiba tubuh Bayu kejang-kejang membuat sepasang suami istri ini ketakutan
berbagai cara telah mereka lakukan tetapi hasilnya nihil tubuh bocah ini tetap
saja seperti itu. Dengan jengkel dan marah Enung mengangkat tubuh Bayu serentak
dan berlari menuju posyandu tidak menghiraukan bentakan dan teriakan suaminya
yang mengejar dibelakang.
Setibanya di
posyandu Bayu langsung dibawa ke ruang periksa sambil menangis Ibu Enung
meminta bantuan Bidan Desa untuk memeriksa Bayu. Dengan gerangnya sang ayah
masuk membentak dan menarik Enung serta Bayu, tapi Enung kekeh
mempertahankannya, para kader tidak tinggal diam menarik dan membawa Ase keluar
ruangan agar Bidan dapat memberikan pertolongan, tidak lama Enung dan Bayu
disertai Bidan Desa keluar dari ruangan. Badan bocah itu telah kembali normal
kemudian Bidan memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada pak Ase bahwa
kejadian yang dialami Bayu adalah dampak dari tidak diberikannya Lima imunisasi
dasar lengkap dan akibat yang paling fatal Bayu dapat mengalami kelumpuhan,
buta bahkan sampai kematian.
Dengan
perlahan wajah pak Ase mulai melunak, seiring kondisi tubuh Bayu yang semakin
membaik, dengan perlahan pula Bidan dan Kader memberikan pengertian tentang
pentingnya datang ke posyandu dan mendapatkan pelayanan apalagi Bayu pasti akan
senang karena bertemu dan kenal banyak teman, selain itu keluarga akan tahu
perkembangan kesehatan anak-anaknya. semenjak kejadian itu pak Ase tidak pernah
melarang istrinya lagi untuk memeriksakan anaknya ke posyandu. Alhamdulillah
........ pak Ase sekarang sudah mengerti “untuk apa imunisasi itu ????” dan hal
yang paling menariknya sudah lima bulan ini pak Ase selalu meluangkan waktu
disetiap bulan membantu kader menimbang berat badan balita. Semua senang semua
gembira
Penulis :
Yuliatin Rohimah
RW 11 Desa Tanjungjaya
0 komentar:
Posting Komentar