Kamis, 07 Maret 2013

UNTUK APA ???


Siluet pagi diufuk timur tersirat indah bergaris awan putih suara kotekan induk ayam memanggil anaknya tanda sayang tatkala sang majikan memberi pakan nasi sisa kemarin. Kesibukan mulai tampak diantara penduduk RW 11 Desa Tanjungjaya yang terletak paling ujung se-kecamatan Cihampelas. Bergema terdengar suara ibu Cucu dari pengeras suara masjid memberitahu akan adanya penimbangan balita/posyandu, ya..... ibu Cucu adalah kader paling lama di Desa kami beliau aktif memberikan ilmu dan tenaganya untuk masyarakat, tapi bukan sosok ini yang ingin ditulis karena masih banyak sosok mulia seperti beliau diluar sana yang mengabdikan diri di posyandu.
Keramaian mulai tampak digedung posyandu ketika denting jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, kader posyandu sibuk membenahi keperluan acara, bidan desa telah siap memberikan pelayanan sedangkan ibu balita, ibu hamil dan lansia telah bersiap diantrian menunggu panggilan urutan. Kebiasaan posyandu kami setelah ditimbang peserta posyandu diberi nomor antrian yang telah ditulis nama, berat badan, untuk ditukarkan dengan PMT dan giliran pelayanan pemeriksaan dari bidan Desa.
Tapi tidak untuk ibu Enung dan anak laki-lakinya yang bernama Bayu. Adanya posyandu justru membuat hatinya miris, nyeri, kenapa, ..........???? suaminya yang bernama Ase tidak pernah mengizinkan keempat anak-anaknya termasuk si bungsu Bayu untuk dibawa ke posyandu. “Percuma” katanya tidak akan memberikan hasil apapun, yang ada anaknya malah jatuh sakit dan membuat hatinya cemas. Setiap kali posyandu, setiap kali itu juga Enung meminta izin kepada suaminya untuk pergi ke Posyandu sekedar menimbang berat badan anaknya, dan setiap kali itu juga Ase suaminya melarang bahkan diam dirumah tidak melakukan pekerjaan apapun hanya untuk memastikan istrinya tetap dirumah. Semakin keras Enung meminta izin semakin keras juga dia melarang bahkan tidak segan melayangkan pukulan.
Suatu saat tubuh Bayu mengalami panas demam yang sangat tinggi disertai diare ketika itu posyandupun sedang berlangsung, tapi Ase tidak ingin membawa Bayu ke posyandu. Tiba-tiba tubuh Bayu kejang-kejang membuat sepasang suami istri ini ketakutan berbagai cara telah mereka lakukan tetapi hasilnya nihil tubuh bocah ini tetap saja seperti itu. Dengan jengkel dan marah Enung mengangkat tubuh Bayu serentak dan berlari menuju posyandu tidak menghiraukan bentakan dan teriakan suaminya yang mengejar dibelakang.
Setibanya di posyandu Bayu langsung dibawa ke ruang periksa sambil menangis Ibu Enung meminta bantuan Bidan Desa untuk memeriksa Bayu. Dengan gerangnya sang ayah masuk membentak dan menarik Enung serta Bayu, tapi Enung kekeh mempertahankannya, para kader tidak tinggal diam menarik dan membawa Ase keluar ruangan agar Bidan dapat memberikan pertolongan, tidak lama Enung dan Bayu disertai Bidan Desa keluar dari ruangan. Badan bocah itu telah kembali normal kemudian Bidan memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada pak Ase bahwa kejadian yang dialami Bayu adalah dampak dari tidak diberikannya Lima imunisasi dasar lengkap dan akibat yang paling fatal Bayu dapat mengalami kelumpuhan, buta bahkan sampai kematian.
Dengan perlahan wajah pak Ase mulai melunak, seiring kondisi tubuh Bayu yang semakin membaik, dengan perlahan pula Bidan dan Kader memberikan pengertian tentang pentingnya datang ke posyandu dan mendapatkan pelayanan apalagi Bayu pasti akan senang karena bertemu dan kenal banyak teman, selain itu keluarga akan tahu perkembangan kesehatan anak-anaknya. semenjak kejadian itu pak Ase tidak pernah melarang istrinya lagi untuk memeriksakan anaknya ke posyandu. Alhamdulillah ........ pak Ase sekarang sudah mengerti “untuk apa imunisasi itu ????” dan hal yang paling menariknya sudah lima bulan ini pak Ase selalu meluangkan waktu disetiap bulan membantu kader menimbang berat badan balita. Semua senang semua gembira

Penulis : 
Yuliatin Rohimah
RW 11 Desa Tanjungjaya 

0 komentar:

Posting Komentar